08 Februari 2008

KISAH CINTA MADELINE


Judul Buku : Gandhi Cintaku
Penulis : Sudhir Kakar
Penerjemah : Esti A. Budihabsari
Penerbit : Qanita, Bandung
Cetakan I : Oktober, 2005
Tebal : 353 halaman

Menyimak romantika perjalanan hidup orang-orang yang mendunia namanya baik dalam film atau buku memang mengasyikkan, terlebih jika mereka adalah orang-orang yang menjadi idola kita. Dari kisah-kisah itu kita tak hanya akan belajar banyak hal dalam memaknai setiap peristiwa hidup, namun seringkali tanpa disadari kita akhirnya larut dan merasa terinsprasi. Kecenderungan mengambil inspirasi dari orang lain tersebut telah menjadi watak paling dasar manusia sejak mereka kanak-kanak.

Dari sekian romantika perjalanan hidup manusia yang tampaknya akan menjadi sorotan bahkan bahan obrolan paling menarik sepanjang waktu adalah persoalan cinta. Bagaimanapun, cinta adalah kebutuhan paling privat dan eksistensial bagi setiap orang. Cinta akan selalu hadir dalam suasana riuh redam pun sebaliknya dalam kesepian dan keterasingan. Terlepas apakah ia sebagai pelaku atau sasaran yang menerima cinta dari orang lain, yang jelas mustahil ada orang yang tak pernah merasakan sentuhan cinta.

Melalui novel ini pembaca akan dijamu dengan kisah cinta yang cukup menarik. Mengapa? Sebab kisah dalam novel ini melibatkan figur yang tidak asing lagi bagi kita. Dia adalah pemimpin spiritual dan politikus dari India bernama Mohandas Karamchand Gandhi (2 Oktober 1869 — 30 Januari 1948) atau akrab disapa Mahatma Gandhi. Masa hidupnya yang penuh dengan keprihatinan di tengah warga miskin kumuh menjadi motivasi utama untuk mencapai swaraj atau kemerdekaan. Dalam hal ini boleh dibilang Gandhi adalah salah satu figur paling penting yang terlibat dalam gerakan kemerdekaan India. Ia adalah aktivis yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui sejumlah aksi damai.

Dengan segala kesederhanaan yang melekat pada dirinya, Gandhi berjuang secara damai (Satya Graha), tanpa menggunakan kekerasan (Ahimsa), dan selalu hidup mandiri (Swadesi). Ketiga prinsip itu dipegangnya secara teguh hingga di kemudian hari ajaran-ajaran beliau menjadi seruan berarti bagi umat manusia. Kesederhanaan itu pula yang pada akhirnya menuai pujian dari berbagai pihak, termasuk Albert Einstein yang mengatakan bahwa: "Mungkin para generasi berikut akan sulit mempercayai bahwa ada orang seperti ini yang pernah hidup di dunia ini."

Gagasannya menganjurkan sikap non-kooperatif terhadap ideologi imperialisme dan kolonialisme serta menolak diskriminasi rupanya mampu menyedot perhatian masyarakat di seantero dunia yang mendambakan kebebasan dan kemerdekaan, terutama menarik bagi seorang gadis asal London bernama Madeline.

Ditulis oleh Sudhir Kakar, seorang novelis dan psikoanalis asal India, novel yang mengambil style autobiografi ini didasarkan pada kisah nyata yang terjadi selama tahun 1925 hingga 1942 antara Madeline dan Gandhi. Madeline adalah puteri kedua salah seorang perwira Angkatan Laut Inggris yang ditugaskan di markas armada Hindia Timur, Bombay.

Dengan teknik alur maju-mundur, kisah novel ini dibuka dengan menceritakan sosok Madeline. Ia mulai gandrung pada sosok Gandhi setelah membaca biografi beliau dalam bahasa Perancis berjudul Mahatma Gandhi yang ditulis Romain Rolland, seorang penulis dan novelis terkemuka asal Swiss. Tak puas dengan mengenal Gandhi lewat tulisan, Madeline memutuskan untuk menyeberangi samudera dari London menuju Ashram Gandhi; semacam padepokan yang dirintis Sang Mahatma di wilayah Ahmedabed dan berharap bertemu langsung dengan pujaan hatinya.

Di satu sisi, keinginan tersebut bisa dianggap sebagai hal yang wajar. Namun di lain sisi menjadi hal aneh melihat Madeline adalah anak seorang perwira Inggris, dan Inggris saat itu menjadi musuh India. Beruntung kedua orang tuanya adalah sosok yang toleran dan memberi kebebasan pada anak-anaknya untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Merasa mendapat lampu hijau dari mereka, Madeline mulai mempersiapkan diri dengan mempelajari bahasa dan budaya India, termasuk juga ia belajar memintal; suatu aktifitas yang kerap dilakoni Gandhi.

Sesampainya di India, Madeline disambut hangat oleh Gandhi dan dalam waktu beberapa minggu saja ia sudah mendapat perlakuan khusus dari Sang Mahatma. Tak hanya itu, di Ashram tersebut Madeline—yang kemudian namanya berganti Mirabehn—sering mendapat tugas yang biasanya hanya dilakukan oleh orang-orang terdekat Gandhi. Hal ini tentu membuat kecemburuan pada beberapa orang dekat Gandhi.

Selama di India, sosok Gandhi yang cukup kontras dibayangkan rupanya menohok mata Madeline. Tapi hal itu terlanjur menarik rasa simpati serta empatinya yang begitu dalam. Ia takjub betapa perjuangan Gandhi hampir tak mengenal kata putus asa. Untuk mengatasi kegelisahannya itu, Madeline kerap menuangkan emosinya lewat surat atau catatan harian. Hingga pada suatu hari, ia beranikan diri utarakan semua perasaannya pada sang pujaan, Mahatma Gandhi, melalui sebuah surat.

Sayang, Madeline tak menyiapkan diri menerima balasan Gandhi. Cintanya pada Sang Mahatma bertepuk sebelah tangan. Sementara perbedaan persepsi cinta antara keduanya jelas menjadi tabir yang menghalangi cinta itu sendiri. Namun, yang unik dari Madeline adalah kekuatan pribadinya yang mampu merahasiakan segala hal dan dalam hal ini ia bisa disebut sebagai perempuan introvert.

Secara total, novel ini tak hanya memotret petualangan cinta antara Madeline dan Gandhi semata. Sudhir Kakar melalui mulut Aku-narator (guru khusus Madeline) juga tampak lihai berolah imajinasi dan mengeksplorasi kekuatan emosi tokoh-tokoh di dalamnya. Melalui novel ini pula pembaca diajak menyimak romantisme sejarah perjuangan rakyat India pada umumnya.

Tidak ada komentar: