08 Februari 2008

RAHASIA SUKSES BERBISNIS


Judul : Pengakuan CEO;
21 CEO Dunia Berbagi Resep Sukses Mengelola Perusahaan
Penyusun : Editor The Wall Street Journal
Penerjemah : Rahmani Astuti
Penerbit : B-First, Yogyakarta
Cetakan I : Maret, 2006
Tebal : xxi+216 halaman

Barangkali kita hanya tahu sekilas tentang kejayaan nama Microsoft, Siemens AG, GE (General Electric), dan sebagainya, namun kita sulit mendapatkan informasi bagaimana para pemilik perusahaan-perusahaan itu mampu bertahan di tengah arus persaingan pasar yang sudah sedemikian mengglobalnya serta kian kompetitf. Belum lagi secara umum ada semacam anggapan bahwa rahasia perusahaan haruslah ditutup rapat-rapat. Namun, ternyata anggapan tersebut akan menjadi "tidak benar" jika kita menyimak buku ini.

Tak dapat dipungkiri bahwa setiap usaha atau bisnis tentu berhadapan dengan rintangan. Dalam mengatasi hal ini, seorang pemimpin perusahaan dituntut mampu bertindak tegas dan cakap dalam mengambil setiap kebijakan. Dengan melakukan manuver-manuver tertentu, misalnya, di situlah keyakinan seorang pemimpin perusahaan benar-benar diuji.

Lewat buku yang disusun oleh tim editor The Wall Street Journal ini setidaknya kita, khususnya para eksekutif muda, tak perlu ragu-ragu mengaplikasikan kiat-kiat mengatasi rintangan tersebut. Secara keseluruhan materi buku yang disusun dari hasil wawancara dengan para CEO perusahaan raksasa dunia seperti GE (General Electric), Microsoft, Siemens AG, MTV Network, dll., terasa pas untuk dipelajari.

Buku yang terdiri dari tujuh bagian ini akan mengajarkan bagaimana semestinya seorang pemimpin perusahaan atau usaha apa pun mengelola usahanya dengan baik, secara internal maupun eksternal. Misalnya, yang harus dilakukan oleh seorang bos adalah memotivasi karyawannya. Sebab, secara alamiah hubungan harmonis antara pemilik modal dengan para pekerja adalah sesuatu yang mutlak. Hal inilah yang menjadi acuan Jack Welch, CEO General Electric Co.

Sementara di mata Steve Ballmer, CEO Microsoft Corporation, sebuah perusahaan haruslah memiliki prospek yang jelas. Ia mengingatkan kita bahwa ketika Microsoft terancam pecah karena persaingan pasar pada tahun 2000-an ditambah masalah hukum yang begitu kompleks di tubuh perusahaan yang dipimpinnya, ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian serius. Pertama, pemimpin perusahaan harus yakin bahwa ia memiliki karyawan yang hebat. Kedua, seorang pemimpin harus berfokus kembali pada tujuan-tujuan yang jelas. Ketiga, yang paling penting, seorang pemimpin perusahaan haruslah mempunyai dalil yang jelas, yang mengedepankan pemikiran untuk disampaikan kepada seluruh karyawannya. (hlm. 16)

Bagi Jack Welch maupun Steve Ballmer, memotivasi para karyawan adalah tindakan yang menjadi prioritas mereka. Selain itu, masih menurut Steve Ballmer, sudah pasti pula seorang pemimpin harus pandai menentukan arah yang jelas. Tujuan akhir itulah yang kemudian diharapkan mampu menggiring ribuan orang untuk berbondong-bondong melirik produk "kita".

Senada dengan kedua bos tersebut, John Chambers—CEO Cisco System Inc.—juga menawarkan resep yang hampir sama. Menurutnya, korporasi antara produsen dengan konsumen adalah yang jadi prioritas. Singkat kata, menurut Chambers, konsumen adalah "Raja". Ketika Chambers diangkat menjadi CEO pada tahun 1995, perusahaan yang bergerak di bidang jaringan komputer itu memiliki sekitar tiga ribu karyawan dengan volume penjualan kurang lebih 2 miliar dollar per tahunnya. Namun di ahir Mei 2000, di tengah keprihatinan mengenai taksiran nilainya yang tinggi serta mundurnya investor dari sahan teknologi, harga saham yang sebelumnya melambung telah kehilangan peringkatnya. Untuk mengatasi persoalan itu, Chamber menawarkan resep sederhana; yakni, melakukan terobosan baru yang lebih menekankan pada minat pasar serta kedisiplinan semua karyawan.

Langkah lain yang perlu diperhatikan oleh para pemimpin perusahaan adalah bagaimana menciptakan trend serta memenangi kompetisi yang sehat seperti yang dilakukan Tom Freston, CEO MTV Networks, atau Heinrich von Pierer, CEO Siemens AG. Memasuki usianya yang kedua puluh satu, jaringan MTV tetap menjadi trendsetter dalam pasar anak muda dengan aneka ragam hiburan yang ditawarkan, seperti musik, fesyen, atau gaya pergaulan yang selalu segar. Bahkan saluran acara untuk anak-anak, Nickleodeon, sanggup bertahan sebagai saluran kabel yang paling banyak digemari di hampir seluruh negara. Kesuksesan Fresto yang memulai kariernya di bidang periklanan tampaknya dimulai dengan usahanya mengombinasikan kesuksesannya di kalangan para penonton muda dengan penelitian pasar yang tak kenal lelah.

Sementara CEO Siemens AG Jerman, Heinrich von Pierer, kendati banyak menuai kritik dari para analis pasar yang mengatakan bahwa ia tak setangguh rekannya, Jack Welch, ia memliki langkah kompetisi yang unik. Heinrich kerap mengilustrasikan langkah bisnisnya dengan olah raga tenis, cabang olah raga yang paling digemarinya. Menurutnya, pertama, seorang pemimpin perusahaan harus belajar untuk menang dan kalah. Kedua, seorang pemimpin perusahaan haruslah pandai menilai lawannya. Beberapa pemikiran Heinrich yang progresif dan agak filosofis tak diragukan telah membawanya pada sebuah kejayaan perusahaan raksasa.

Pada akhirnya, menyitir apa yang diungkapkan Tom Peters dalam kata sambutan buku ini, bahwa kepemimpinan ternyata luar biasa kompleksnya dan sangat sederhana sekali. Dan, buku ini memberikan sebuah kontribusi yang benar-benar penting pada literatur tentang kepemimpinan yang kebanyakan kurang begitu bermutu.

Tidak ada komentar: