08 Februari 2008

KISAH MELAWAN MAFIA


Judul : Liu Hulan; Jaring-Jaring Bunga
Judul Asli : Flower Net
Penulis : Lisa See
Penerjemah : Utti Setiawati
Penerbit : Qanita, Bandung
Cetakan I : Januari, 2006
Tebal : 639 halaman

Setelah sukses mengorbitkan novel pertamanya, On Gold Mountain (1995), Lisa See—sang penulis—kembali menuai banyak pujian dari berbagai kalangan dengan hadirnya karya Flower Net (1997). Karya ini mendapat beberapa penghargaan, termasuk Edgar Award untuk nominasi karya thriller terbaik. Selanjutnya ada The Interior (2000), Dragon Bones (2001)—keduanya adalah kelanjutan dari Flower Net, serta novel teranyarnya, Snow Flower and the Secret Fan baru dirilis pada akhir Juni 2005.

Novel Flower Net yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Liu Hulan; Jaring-Jaring Bunga ini adalah sebuah kisah thriller yang dipenuhi aroma action. Dengan setting dua negara, Cina dan Amerika, Lisa See—yang mengaku seandainya gagal jadi penulis, bercita-cita menjadi arsitek—juga memadukan dua kebudayaan yang berbeda. Hal ini juga tidak terlepas dari darah Cina sekaligus keakraban yang dibangun Lisa dengan kebudayaan mereka, khususnya dengan orang-orang di Chinatown.

Amerika, dalam novel ini, sepertinya menjadi simbol Barat yang dikenal liberal dan cenderung tidak menyukai basa basi. Sementara, Cina adalah salah satu negara di wilayah Asia yang menampilkan karakteristik khas masyarakat Timur yang setia memegang teguh kultur serta tradisi turun temurun. Ciri lain yang juga dimiliki masyarakat Timur adalah mereka lebih dikenal menyukai basa basi daripada berterus terang, to the point.

Selain itu, eksplorasi sejarah dan budaya Cina modern dalam gaya bahasa bernas serta plot yang ketat, menjadikan novel ini lebih bernuansa Chinesse yang sangat eksotis ketimbang American. Unsur-unsur karakter maupun narasi di dalamnya digarap dengan cermat serta padat.

Dalam novel ini, Lisa menceritakan kehidupan tokoh sentral perempuan bernama Liu Hulan yang bekerja di Kementerian Keamanan Publik berpangkat inspektur polisi. Ia adalah perempuan yang lahir dari keluarga terpandang. Ayahnya menjabat sebagai Wakil Menteri.

Jika kita menilik sejarah Cina untuk sejenak, terutama pada masa Revolusi Kebudayaan negeri itu, nama Liu Hulan di kepala orang-orang Cina memiliki sejarahnya sendiri. Ia adalah sosok hero yang tidak mungkin mereka lupakan begitu saja. Seorang pahlawan perempuan muda yang gugur pada tahun 1950-an di tangan tentara Kuomintang, rival politik Mao Zedung.

Bagi Lisa, karakter perempuan atau setidaknya mengangkat isu perempuan memang menjadi ciri khas karya-karyanya. Tampaknya, ia secara sengaja mempersoalkan inferioritas perempuan dalam budaya Cina. Bahkan, ketika negeri Tirai Bambu itu hidup di era kekinian, fenomena superioritas kaum Adam masih saja mudah dijumpai. Bisa dikatakan, karya-karya Lisa juga mewakili sastra kaum feminis abad 21.

Dikisahkan, sebagai inspektur polisi yang bekerja di Kementerian Keamanan Publik, Liu Hulan ditugaskan menguak kasus kematian anak Dubes AS untuk Cina, Bill Watson. Mayat pemuda bernama Billy Watson itu ditemukan di sebuah danau beku di taman Bei Hai, Beijing, dalam kondisi organ dalam tubuhnya hancur, serta kuku dan gigi menghitam.

Belum sempat kasus tersebut terkuak, beberapa hari kemudian tersebar berita sebuah kasus pembunuhan. Namun, kali ini kasusnya berada jauh di perairan California. Sesosok mayat pemuda ditemukan tewas mengenaskan di sebuah kapal pengangkut imigran gelap, Peony. Belakangan diketahui pemuda yang tewas itu adalah Guang Henglai, putra orang paling penting di Cina, Guang Mingyun.

Penemuan dua mayat di dua negara berbeda didukung adanya kemiripan modus operandi membuat kedua negara dituntut melibatkan polisi, penyelidik, serta intelijen untuk secepat mungkin dapat menguak siapa otak di balik layar. Dari kasus kriminal murni, tewasnya dua anak orang penting tersebut justru merembet pada wilayah politis. Secara tak langsung, hubungan Cina-Amerika terancam menjadi hubungan dingin.

Ada dugaan remang-remang bahwa pembunuhan tersebut direncakan secara matang oleh kelompok Rising Phoenix. Di pihak Amerika Serikat, seorang jaksa penuntut bernama David Stark ditugaskan terbang ke Cina dan berduet dengan Liu Hulan. Awalnya mereka merasa kesulitan ketika terjun langsung ke lapangan. Namun, metode Jaring-Jaring Bunga yang dipakai Liu Hulan tampak membuahkan hasil. Lambat laun motif kedua pembunuhan tersebut terkuak. Rupanya, alasan bisnis ilegal perdagangan empedu beruang yang ironisnya melibatkan pejabat negara Cina-Amerika itulah penyebabnya. Bahkan di akhir cerita dikisahkan bahwa ayah Liu Hulan sendiri terlibat dalam konspirasi tersebut.

Namun, ada kisah lain yang menarik perihal duet Stark dan Hulan. Di tengah-tengah cerita, pembaca akan dikejutkan dengan kisah romantis dua anak manusia tersebut. Ternyata keduanya pernah terlibat dalam jalinan cinta serius ketika Liu Hulan dan David Stark masih sama-sama kuliah di Amerika.

Dan, lebih mengejutkan lagi setelah belasan tahun perpisahan mereka, benih-benih cinta itu belum juga hilang. Namun, sekali lagi, dengan kelihaian Lisa membangun karakter serta ketatnya plot, novel ini memperlakukan romantisme sebagai penyedap cerita. Tampak pula Lisa tidak ingin mengaburkan tujuan semula kedua tokohnya untuk menyelesaikan tugas penyelidikan.

Demikian halnya dengan eksplorasi sejarah masa lalu Cina terutama pada masa Revolusi Kebudayaan serta kultur khas orang-orang Cina pada beberapa jengkal narasi dan dialog. Bagi Lisa, hal itu hanya sekadar pemanis cerita yang tidak menggoyang struktur narasi.

Pada akhirnya, suguhan Lisa yang pernah dikalungi penghargaan sebagai National Woman of The Year oleh Organisasi Wanita Cina-Amerika (2001) ini memang layak disantap tak hanya oleh para pecinta novel misteri, melainkan bagi siapa saja yang berminat mengenal sejarah dan kebudayaan Cina secara lebih akrab.

Tidak ada komentar: